Ribuan Orang antar George ke Tempat Peristirahatan Terakhir



liputannegaraqq - AS, Ribuan orang datang untuk melayat ke tempat peristirahatan terakhir George Floyd di Houston, Texas, Amerika Serikat (AS). Para pelayat memberikan penghormatan terakhir pada jenazah pria yang jadi ikon perlawanan rasialisme global itu.
Seperti dilansir AFP, Selasa (9/6) tampak banyak simpatisan Floyd yang membuat tanda salib ketika mereka mendekati peti mati yang terbuka untuk mengucapkan selamat tinggal yang terakhir.

Sementara yang lain berlutut atau menundukkan kepala sembari berdoa untuk pria yang telah menjadi lambang terbaru Amerika dalam perlawanan atas ketidakadilan rasial.

Para pelayat menunggu dengan sabar di tengah cuaca panas Texas, sembari mengenakan masker untuk menghindari penularan virus Corona.

"Ini membawa kita bersama sebagai sebuah negara," kata salah seorang pelayat Kevin Sherrod (41), yang datang dengan ditemani oleh istri dan anaknya.

"Berada di sini bersama anak-anakku sangat berarti," ujar Sherrod menambahkan. "Ini adalah masa dalam sejarah dan mereka akan ingat bahwa mereka adalah bagian darinya."

Calon presiden Demokrat Joe Biden terbang ke Houston pada hari Senin (8/6) untuk pertemuan pribadi dengan keluarga Floyd.

Sementara itu, pertunjukan enam jam di The Fountain of Praise Church -- yang menurut panitia dihadiri lebih dari 6.000 orang -- adalah tahap terakhir dari serangkaian upacara penghormatan kepada Floyd sebelum ia beristirahat pada hari Selasa (9/6) di sebelah makam ibunya di kampung halamannya.

Sementara itu, semasa hidupnya, Floyd dikenal sebagai 'raksasa berhati lembut' meskipun memiliki beberapa catatan kriminal.

Masih dilansir dari AFP, dengan tubuh setinggi 1,93 meter, Floyd dikenal teman-teman dan keluarga sebagai "raksasa berhati lembut," seorang rapper dan atlet yang pernah bermasalah dengan hukum dan punya masalah kecanduan, tetapi selalu menginginkan yang terbaik untuk anaknya.

Ibunya, yang disebut-sebut Floyd saat dirinya sekarat pada 25 Mei di Minneapolis, pindah ke Houston tak lama setelah Floyd dilahirkan pada tahun 1973 di North Carolina.

Dia tumbuh di Third Ward, sebuah lingkungan yang miskin. Sebagian besar penduduk Amerika keturunan Afrika tinggal di Houston tengah.

"Kami tidak memiliki banyak harta, tetapi kami selalu saling memiliki," kata sepupu Floyd, Shareeduh Tate saat pertemuan peringatan pekan lalu di Minneapolis.

uru kelas dua SD-nya, Waynel Sexton mengatakan bahwa ketika berusia 7 tahun, Floyd bercita-cita ingin menjadi hakim Mahkamah Agung.

Di SMA Jake Yates, ia berperan sebagai kakak bagi banyak anak lelaki setempat.

"Dia mengajar kita bagaimana menjadi seorang pria karena dia sudah ada di dunia sebelum kita," kata adik lelakinya, Philonise Floyd.

Floyd jago bermain di lapangan sepak bola dan unggul dalam permainan bola basket.

"Dia monster di lapangan," kata Philonise. "Tapi dalam hidup, secara umum, saat berbicara dengan orang-orang, dia adalah raksasa yang lembut hati," imbuhnya.

Dia keluar dari perguruan tinggi dan kembali ke Houston untuk membantu keluarganya. Pada 1990-an, ia terjun ke sirkuit hip-hop Houston dengan nama "Big Floyd," di mana ia menikmati beberapa kesuksesan.

Namun sayangnya, Floyd tidak bisa lepas dari lingkungan keras bawah tanah Houston. Floyd ditangkap beberapa kali karena pencurian dan pengedaran narkoba. Media lokal mengatakan dia dipenjara pada awal 2000-an karena perampokan bersenjata dan menjalani hukuman empat tahun.


Setelah dipenjara, dia bertaubat sembari mendalami agama dan dekat dengan pendeta sebuah gereja di Bangsal Ketiga. Dia menggunakan ketenaran dan cintanya kepada bintang bola basket Lebron James untuk menarik para pemuda ke dalam pelayanan, di mana dia mengajarkan mereka tentang agama dan melatih mereka bermain bola basket.

Floyd pindah ke Minneapolis pada tahun 2014 untuk "perubahan hidup" dan untuk mencari pekerjaan yang lebih stabil untuk membantu ibu dari anak perempuannya yang baru lahir, Gianna.

Dia bekerja sebagai sopir truk untuk Salvation Army dan kemudian sebagai penjaga pintu di sebuah bar, pekerjaannya yang hilang ketika restoran kota tutup karena pandemi.

"Saya punya kekurangan dan kelebihan saya, dan saya tidak lebih baik dari orang lain," tulis Floyd di Instagram pada 2017 lalu.

Namun, pada 25 Mei, Floyd meninggal akibat sesak napas ketika lehernya ditekan lutut seorang petugas polisi, yang terekam dalam sebuah video dan langsung menjadi viral di seluruh dunia.

Kata-kata terakhirnya - "Saya tidak bisa bernafas" - dan potretnya telah tersebar ke seluruh dunia, bersama dengan tuntutan orang Afrika-Amerika untuk mengakhiri rasisme dan kebrutalan polisi.

Warga membuat muralnya, gambar "Big Floyd" dengan sayap malaikat dan lingkaran cahaya di sekitar kepalanya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengungkap Cerita Misteri Lantai 13

Dua Pria saling bacok, keduanya tewas menggenaskan

Bocah berusia 9 tahun ditemukan hanyut di irigasi boyolali